Bandarlampung – Anggota DPRD Bandarlampung, M.I. Darma Setiyawan melaksanakan sosialisasi ideologi pancasila dan wawasan kebangsaan di wilayah Gang Pagar Alam II, Kedaton, Bandarlampung, Kamis (15/12/2022).
Dalam sambutannya, M.I. Darma Setiyawan mengatakan, ideologi pancasila telah terkikis oleh zaman globalisasi. Sehingga diharapkan ilmu yang diperoleh dari kegiatan ini bisa diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.
“Saya terus menjalin silaturahmi dengan masyarakat. Dengan silaturahmi, bisa sambil memberikan pemahaman dan mengingatkan pentingnya ideologi pancasila dan wawasan kebangsaan,” kata Darma.
Di lokasi yang sama, narasumber, Fauzi Heri menyoroti adanya politik identitas.
Menurutnya, beberapa waktu terakhir ini muncul simbol keagamaan untuk kepentingan politik. Sehingga identik dengan nama politik identitas.
“Di beberapa tempat, politik identitas menjadi faktor penentu keterpilihan seorang pemimpin. Pemerintah telah memberikan sosialisasi untuk tidak menggunakan politik identitas dalam memilih seorang pemimpin,” ujarnya.
Politik identitas dikhawatirkan menular ke daerah – daerah. Dalam Demokrasi selalu ada unsur politiknya.
Mau tidak mau, dalam berdemokrasi, kedaulatan ada ditangan rakyat. Populernya, dari, oleh dan untuk rakyat.
Bagaimana perbedaan tidak membuat terkotak – kotak dan terpecah belah. Pemerintah tidak hentinya memberikan sosialasi bahwa, demokrasi itu ibaratnya sebuah pesta. Jadi semua pihak harus menempatkan diri bersama – sama.
Keadilan selalu mengalami penundaan. Keadilan selalu dinamis.
Sila pertama merupakan kesepakatan semua pihak. Sehingga tidak bisa diperdebatkan lagi.
Menurut narasumber lainnya, AKBP Feri, pendidikan ideologi pancasila, salah satunya bisa disampaikan dengan cara bersilaturahmi.
“Sambil silaturahmi, kita bisa memberikan pemahaman apa itu ideologi pancasila,” ucapnya.
Disamping itu, AKBP Feri mengungkapkan ciri – ciri orang yang terpapar paham radikal.
Menurutnya, ciri – ciri tersebut yakni, mendadak anti sosial, menghabiskan waktu dengan komunitas yang dirahasiakan, mengalami perubahan sikap emosional, menganggap orangtuanya sendiri kafir, menampakan sikap dan pandangan agama yang berbeda dengan yang umumnya, cenderung tidak senang dengan pemikiran orang umum, dan intoleransi.(*)